Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
" apa?? " teriakku ketika mendengar berita baik yang sangat aku nantikan.
'' bneran nih, aku lulus? aku bisa masuk tim basket itu? '' tanyaku kepada seorang wanita yaitu sahabatku sendiri, ya, kami baru saja bersahabat, baru seminggu semenjak kami kuliah di satu universitas dan juga sekelas,dia bernama Siva.
'' aduh hyul, bisa gak sih ngomongnya pelan sedikit, lagian lu itu sudah pasti lewat lah.. '' Siva memang selalu membela temannya, ia sangat bangga dengan prestasi temannya yang sebenanya baru saja ia ketahui.
'' ih, mulut lu, mulai deh, lebay.. udah ah, masuk kelas yuk, panas disini. '' lalu mereka masuk ke kelas.
'' mau kemana kamu, duduk! " dosen memandangku tajam bagaikan melihat harimau sedang mengawasi mangsa, oh seram.
'' ya ada apa? " sok lugu, padahal ketakutan.
'' maksud lu apa tendang botol ke badan gw, hah?!! '' kata si kakak senior sambil membesarkan matanya.
'' maksudnya? " oke, aku tahu apa yang baru saja aku lakukan, tanpa sadar aku menendang kaleng minuman yang seperti di sengajakan terkena pas di punggunya kakak senior itu, tapi disini aku pura-pura tidak menyadari semua itu, akting...
'' cari masalah lu sama gw! anak baru belagu amat lo, emang siapa sih lu? anak ingusan yang baru masuk universitas! '' celoteh si senior yang sedikit membuat aku emosi, tapi oke, gak penting ngurus senior kayak begini.
'' maaf kak ya, saya gak tau apa-apa, kakak barusan ngomong apa saya juga sudah lupa, saya lagi pusing mikirin tugas dan sekarang saya mau pulang untuk selesain tugas, ngerti? oke,saya pulang dulu. " hanya melontarkan sebuah senyuman aku melangkah pergi, namun tanpa sadar benda keras melayang di kepalaku, dengar keras dia menghantam kepalaku hingga aku terjatuh dan sedikit tidak sadar, ya, sepertinya aku mau pingsan, aku hanya bisa melihat seseorang yang sedang mendekatiku, aku tahu dia bukan kakak senior atau bahkan teman-temannya, yang aku tahu dia membantuku berdiri dan membawa ku ke rumah sakit dengan menggunakan mobilnya.tiga jam sudah berlalu, aku baru saja bangun dari tidurku, kurasa tadi aku pingsan, ya bagaimana aku tidak pingsan, banyak sekali darah yang keluar dari kepalaku dan pada saat itu aku merasakan pusing yang luar biasa hingga akhirnya saat ini aku tersadar dari tidurku. seorang perawat sedang menjagaku sambil sesekali memeriksa infusku.
'' mbak, gimana kepalanya, masih pusing? '' tanya perawat dengan sopan.
'' masih pusing sih, oh ya sus, suster masi ingat gak sama orang yang bawa saya kesini, namanya siapa atau orangnya seperti apa? " dengan tergesa-gesa aku menanyakannya.
'' tadi dia ada titip pesan, suruh saya kasih tau kalau namany Dave, orangnya tinggi,badannya tegap berisi, tampan, tampan banget malah, ehehhe... emh, dan dia bilang kalian satu kelas, masa sih mbak gak kenal? saya kira td pacarnya mbak, ehehhe... '' jelas si perawat namun sedikit berlebihan.
'' Dave? teman sekelas aku? '' mencoba mengingat orang yang bernama Dave, dan ternyata itu tidak berhasil, gimana mau kenal, masuk aja jarang.Hyull terus mencoba untuk mencari tahu siapa Dave dan kenapa ia mau membantunya, apa yang akan dia lakukan setelah ia bertemu dengan Dave, apa dia ingin berterima kasih atau malah sebaliknya? tunggu kelanjutanya teman... :)
" aduh! " teriakku.
" tahan sedikit ya mbak, sedikit lagi kok.. " kata si perawat sambil melepaskan jarum infus dengan perlahan.
" kalau begitu gak usah dilepas, sakit banget sus, kenapa sih harus pake jarum? kenapa sih ada jarum di dunia ini, auhg! " aku terus mengeluh, tanpa sadar aku meneteskan air mata, di andaikan seperti anak kecil yang tidak mau mandi dan memberontak ibunya agar tidak memandikannya, " aku tidak mau mandi ma, jangan mandikan aku, jangan! uhuekk... " oke, gak penting, sekarang yang terpenting aku sudah bebas dari jarum infus, aku sudah bisa pulang kerumah dan kembali beraktifitas. saudara kandungku yaitu abangku yang bernama Kyunn sudah menungguku untuk membawaku pulang, ya benar sekali, kami hanya tinggal berdua, orang tua kami berada di kampung tempat dimana aku berasal yaitu bukit tinggi, saat ini aku berada di bandung bersama abangku, orang tuaku memberikan kami sebuah rumah minimalis yang memiliki tiga kamar tidur dan disertai kamar mandi, halaman rumahku yang lumayan luas pun kami sulap menjadi lapangan basket, kami tidak memperkerjakan seorang pembantu, semua pekerjaan rumah kami bagi rata, oke, sebenarnya tidak rata, Kyunn lebih banyak membantuku dalam pekerjaan rumah, ya, karna dia sangat menyayangiku.kami sudah berada di mobil, Kyunn sedang menyetir sambil menasihatiku.
" aku harap kejadian ini gak akan terulang lagi, kamu tahu betapa paniknya aku setelah mendengar berita ini, Hyull, bisakah kamu membuat ku sedikit merasakan ketenangan? setiap hari aku selalu dihantui dengan masalah-masalah yang kau perbuat, aku mau mulai dari sekarang kamu lebih hati-hati dalam bertindak, kamu dengar aku? " celoteh Kyunn.
" iya.. " jawabku singkat. " gw lapar ne, makan dulu yuk.. " cacing peliharaanku menyadarkanku yang ternyata sedang kelaparan, ya benar sekali, aku lapar.
" Hyull, aku masih panik begini kamu malah minta makan? " kepanikan Kyunn belum hilang,Lebay...
" aduh, lu kenapa sih, panik mulu bawaannya, gw masih hidup, santai.. " ya benar, Kyunn memang seperti itu, mungkin dikarenakan ia terlalu sayang kepadaku, bayangkan saja, aku boker saja dia panik, gimana bisa coba, biasanya sehabis aku selesai boker dia langsung menanyakan banyak hal kepadaku. " hah, gimana, apa yang terjadi, kamu sudah selesai? gimana, Toiletny lecet gak? rusak gak? atau hilang? Toiletnya gak kenapa-kenapa kan? " oke, dia bukan khawatir padaku, tapi dengan TOILET sialan itu! :(saat ini kami sudah berada di rumah makan sunda, aku sangat menyukai masakan disini, yang paling aku sukai yaitu sambalnya, terkadang aku hanya memakan sambal, oke, itu tidak mungkin, sambal disini mengingatkan aku kepada masakan ibuku, oh ibu, aku rindu padamu, aku rindu kau, aku rindu, aku rindu uangmu. :p
" ngapain kamu bengong disitu? sini bantuin aku bawa makanan. " Kyunn memberikan setumpuk nasi, aku balik ke tempat lesehan, tapi sebelum aku berjalan, aku sedikit menyenggol seorang pria yang sedang berada disampingku, dia sedang memesan makanan dan sepertinya aku pernah melihat pria itu, tapi aku lupa dimana aku bertemu dengannya, dan kenapa, kenapa dia berekspresi seperti ini, sepertinya ia sedang marah padaku, apa salahku? tapi aku serasa baru bertemu dengannya. " idih nih anak, bengong lagi, ayo.. " Kyunn kembali menegurku dan membuyarkan semua pikiranku, kami kembali ke tempat lesehan dan menyantap semua yang sudah kami pesan.
" huah, sambalnya memang mantab! oh ya, tadi kenapa aku di infus, cepat banget dilepas, cuma pake beberapa jam juga. " tanyaku.
" awalnya dokter gak mengizinkan kamu pulang, tapi aku terus membujuknya biar kamu bisa pulang, gila, kalau lama-lama kamu disitu, mau berapa ntar aku bayarnya, yasudah, kita pulang sekarang, ntar malam aku harus ke kantor. " kami pun pulang, aku melangkah lemas, bukan karena sakit, tapi karena kenyang, hahha.. :pnow i'm alone, untuk sekian kalinya aku sendirian dirumah, kalau siang hari sih gak masalah, tapi ini Malam! :( sekejap terlintas dipikiranku untuk ke toko musik yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku, ya, rumahku berada di perumahan yang memiliki fasilitas lengkap termasuk toko musik, aku mendayung pelan sepedaku, sambil menyanyikan sedikit lagu, seperti biasa, lagu yang ku nyanyikan yaitu lagunya Super Junior.
" gyeol guk noen acha, noen acha, hage dwe goel, kkok acha, imi tae neujo!! " ya, ini lagu terbaru super junior yang berjudul A-Cha, aku sering menyanyikannya disaat aku sedang bosan seperti ini, setibaku di toko musik, aku langsung masuk dan mendengar beberapa lagu, toko ini menyiapkan beberapa fasilitas, yaitu karaoke, just listening to music (hanya mendengarkan musik) dan juga beberapa kaset original yang mereka jual, tetapi untuk karaoke dan listen to music harus dengan card housing (kartu perumahan), maka itu aku sering ke toko itu, gratis.aku duduk santai sambil mendengarkan beberapa lagu, sedikit menggoyangkan kaki, lagu super junior yang berjudul Mr. Simple benar-benar membuatku ingin bergoyang, sayangnya aku tidak ahli dalam hal seperti itu, oke, aku hanya mendengarkan lagu. satu jam kemudian aku keluar dari toko itu dan mengambil sepedaku yang terparkir rapi bersama mobil-mobil mewah yang ada disampinya, sekilas aku sedih melihatnya yang terhina di tempatkan bersama mobil-mobil itu, tapi memangnya kenapa, yang terhina kan sepedaku, bukan aku, hah.
" heh, gimana nih, mobil pacar gw lecet gara-gara lu! lu harus ganti rugi. " dengan keras dia membentakku, mukanya sih cantik, cantik banget malah, tapi sayang, sifatnya.....!
" idih, eh, gw disini korban, kenapa harus gw yang ganti rugi, lu dong yang seharusnya bayar biaya pengobatan gw, tangan gw lecet nih. " sepertinya aku terpancing emosi, aku masih terduduk di aspal sambil meringis kesakitan, wanita itu berdiri di sampingku sambil menatapku hina, pacarnya yang ada di mobil pun keluar dari mobil dan menghampiri kami, aku tidak menyangka, pacarnya sangat tampan, uh.. begitu tampan.. dan yang lebih mengejutkanku, pacarnya mencoba untuk membantuku berdiri, namun ku tolak begitu saja, aku sudah terlanjur marah dengan wanita itu.
" maaf ya, mungkin tadi aku mundurnya engga liat-liat dulu, lagian biasanya disini ada tukang parkir, tapi kali ini engga ada, makanya aku susah... " jelas pria itu sambil tersenyum, hemm.. senyumnya itu loh, buat aku serasa melayang, tapi stop! tidak mempan.
" oh, jadi lu menyalahkan tukang parkir? hebat banget lu, heran gw, belum bisa bawa mobil aja udah belagu. " jawabku lalu langsung meninggalkan mereka berdua, dengan telapak tanganku yang saat ini sudah mengeluarkan lumayan banyak darah, aku mendorong sepedaku, dari kejauhan aku mendengar wanita itu menghinaku, " dasar orang aneh! " baik, aku tidak bisa membalas hinaannya, aku sedang menahan sakit yang menurutku lumayan sakit, tapi kali ini aku tidak menangis, mungkin dikarenakan wajah pria tadi, aku terus memikirkannya, aku seperti pernah menemuinya, entah dimana.
" wajah tu cowok kok rasanya gak asing lagi buat gw, kayaknya gw pernah jumpa sama tu cowok, tapi kapan ya? penasaran gw, tapi bego banget tu cowok, kok mau ya pacaran sama cewek bawel kayak gitu, cantik sih, tapi kan.. ah,yasudah lah. " aku terus mendorong sepedaku, aku sempat sesekali menjatuhkan sepedaku karena tanganku yang semakin sakit, hingga akhirnya aku tiba dirumah, aku langsung mengambil betadine lalu mengoleskannya ke telapak tanganku, setelah itu aku membalutnya dengan plaster.
" Hyull, tangan kamu kenapa? kamu kenapa lagi, baru saja aku bilang kalau kamu itu harus hati-hati, ini belum sampai satu hari kamu sudah terluka lagi? " lebay, tapi aku suka dia perhatian seperti ini kepadaku, siapa sih yang tidak suka di perhatiin dengan abangnya sendiri.
" udah, paniknya biasa aja, gak usah lebay gitu, ini cuma lecet biasa kok.. " jawabku sambil melihat sarapan pagiku. " kak, roti lagi? kapan nasi gorengnya? aku pengen nasi goreng? " hem, sedikit manja, tapi itu bisa dimaklumi.
" kamu ini ya, aku gak sempat buat nasi goreng, roti aja, tuh punya kamu sudah aku olesi selai, cepat dihabisin, setelah itu aku antar kamu, hari ini aku harus cepat ke kantor, deadline menungguku. " Kyunn memang super sibuk, sampai-sampai pacar pun tidak punya, em, sebenarnya sih dia pernah punya pacar, tapi pacarnya minta putus dikarenakan kesibukannya yang memang super sibuk, tapi tidak masalah, aku senang dia putus, karna aku tidak mau punya kakak ipar yang tidak pengertian seperti mantan pacaranya yang itu, cuih!aku sudah sampai di kampus, aku berjalan menuju kelasku, aku menaiki beberapa tangga yang sudah membuat aku lelah, entah apa yang membuatku ingin masuk kuliah pada hari ini, biasanya aku masih tidur nyenyak dan baru berangkat kuliah pada jam kedua, seperti ada sesuatu yang aku tunggu.
" woi, kenapa tangan lu? " teguran Siva sukses membuat aku kaget dan pada akhirnya aku mengeluarkan sebuah kata.
" siapa! " ya, aku sedang memikirkan pria yang semalam baru saja aku temui.
" siapa? siapa apanya? ih, ngelamun lu, ngelamunin siapa lu? " Siva bagaikan wartawan, pagi ku diawali dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan olehnya.
" udah deh, jangan ganggu gw dulu, gw lagi gak mood, dosen mana? " aku menyembunyikan kedua tanganku agar tidak ketahuan dengan teman-teman yang lain.
" hari ini kita free, dosen rapat buat perayaan kampus kita, masa sih lu gak tahu? biasanya lu cepat banget dengan yang beginian, bahkan lu yang ngasih tahu ke kita-kita kalau ada dosen yang gak masuk, gimana sih. " jelasnya sambil menjitak kepalaku.
" ah, tau ah, keluar yuk, duduk di lapangan basket aja kita, tante-tante lagi pada gosip nih." keluh ku, teman-teman wanitaku memang hobi gosip, apa lagi kalau mereka tahu dosen gak masuk, aduh..
" oke klo gitu, eh tante.. kami pergi dulu ya.. " Siva melambaikan tangannya, kami pun keluar dari kelas, langkahku terhenti ketika ada seorang pria berada di depanku, ia mau masuk, sedangkan pada saat itu aku berada pas di tengah-tengah pintu, aku pun mundur sedikit dari pintu dan membiarkan dia masuk, pria itu pun senyum kepadaku dan mengatakan..
" makasih, tangannya gimana? masih sakit ya? " lho? kenapa dia menanyakan itu, emangnya siapa dia? aku pun menaikkan kepalaku dan memandangnya, Oh my god, pria itu, dia pria yang tadi malam aku temui, dan dia lah yang membuat tanganku seperti ini, JADI, aku sekelas dengannya? bagaimana bisa!!!!
" hei, gimana tangannya, masih sakit y? " ya tuhan, kenapa aku begitu lemah, baru saja aku berniat untuk membalas dendam ku padanya, tapi kenapa, kenapa setelah aku mendengar suaranya yang menanyakan keadaan ku aku mendadak jadi lemah begini, bagaimana ini!
" lu marah dengan gw? kalau begitu gw minta maaf, gw juga minta maaf atas perkataan teman gw yang mungkin terlalu kasar untuk lu, lu mau maafin gw bukan? " katanya lembut. ingin sekali aku menjawab MAU!, tapi tidak, tidak semudah itu aku bisa memaafkannya, bukan hanya tubuhku yang terluka dibuatnya, tapi juga hatiku, aku harus kuat, aku harus kuat dari ketampanannya, ya benar, walaupun itu sedikit menyusahkanku, tapi tunggu, tadi dia mengatakan teman, bukan pacar, siapa wanita itu sebenarnya, temannya atau pacarnya, hah, aku tidak mau memikirkannya lagi, saat ini pikiranku sedang kacau, kacau dibuatnya, sebaiknya aku pergi saja, tanpa menghiraukannya aku pergi kelapangan basket bersama Siva, dan mulai lagi, Siva mulai menanyakan hal-hal yang sebenarnya aku tidak ingin menjawabnya.
" Hyull, lu kenal dengan dia, ih gila lu, gimana bisa, asal lu tau ya, ampe sekarang gw berusaha untuk dapatin no handphonenya, tapi susah bo... nah elu, uda maen ditegur gitu ama dia, pake ditanya sakit ato enggak lagi, ada apa ini, kenapa lu.. " Siva terdiam setelah melihat pria itu sudah berada di hadapannya, ya kami sedang duduk di pinggir lapangan basket, sepertinya pria itu mengikuti kami dari belakang dan sekarang dia sudah berada di hadapan kami, aku masih belum menyadari kehadirannya, karena dari awal duduk aku hanya menundukkan kepalaku.
" hem, gw ada perlu dengannya, bisa tinggalkan kami berdua? " aku kaget mendengar suara itu, ya, suara pria itu, sepertinya dia tidak berbicara denganku, dia berbicara dengan Siva, dan dia bermaksud untuk berbicara berdua denganku, hanya berdua, ok, tetap tenang Hyull.
" hem.. " sepertinya dia menegurku, tapi kok '' hem'', jawab apa aku? masa aku jawab, '' di Komix aja.. " wah, iklan dong.
" permintaan maaf gw gimana? " kali ini ia bertanya kepadaku.
" ya? " jawabku seakan tak mengerti.
" masih marah? " kembali bertanya, ya'ampun, tatapannya bikin gak tahan..
" engga, cuma kesal aja. " ya, aku memang belum bisa memaafkannya.
" oh, jadi masih marah? " ia tersenyum, semakin menggoda.
" mungkin. " jawabku singkat, bukan karena ku sombong, tapi karena aku tidak tahu mau ngomong apa, disaat aku berada di dekatnya otakku tidak mampu berpikir, aku tidak tahu kenapa, uh, tetap kuat Hyull.
" teman gw memang seperti itu, kurang menghargai orang, kalau berbicara dengan orang yang tidak ia kenal rada kasar, mungkin dikarenakan sifat manjanya, gw benar-benar minta maaf, gw juga minta maaf karena kesalahan gw disaat menyetir, akibatnya tangan lu jadi begini, hak lu mau maafkan gw atau tidak. " huh, enak banget dengar suaranya, aku sampai lupa apa yang baru saja ia katakan, saking menikmati suara merdunya, tapi, tetap kuat Hyull!
" teman? bukannya.. "
" dia teman gw, bukan pacar gw, tepatnya anak teman nyokap gw yang dijodohkan sama gw." dijodohkan, bukan pacar, wuih..
" oh.. " oh, hanya itu yang bisa ku jawab, ada apa ini.
" oh? cuma oh? " pertanyaannya sungguh membingungkanku.
" kenapa? salah gw jawab oh? " ok, aku mulai galau, dia tidak menjawab pertanyaanku, apa aku harus diam saja?
" tidak, kalau begitu gw pergi dulu. " ia bangun dari duduknya dan berjalan meninggalkanku, sekilas langkahnya terhenti, ia kembali memandangku.
" aku tunggu jawaban lu besok. " apa, jawaban? maksudnya? ada apa dengan pria itu, permintaan maaf seperti itu apa harus ku jawab.
" woy! kenapa lu, gimana, dia bilang apa aja, kok dari tadi gw liat dia senyum-senyum gitu, dia suka ya sama lu? hayoo.. " aku benar-benar kaget dibuat Siva, ya, Siva memang selalu sukses buat jantung aku down.
" eh, sialan lu ya, pelan dong kalau ngomong, gak mikir lu apa, bisa keburu expired ne gw punya kuping..! " aku menutup kedua kupingku, aku harus menjaga kupingku dari hal-hal yang so bad.
" ah elu, kapan sih lu berhenti marahin gw, sudahlah, masuk yuk, satu jam lagi nih kita, habis itu kita langsung cabut. " Siva menarik tanganku.
" malas gw, lu aja yang masuk, gw disini aja. " tolakku, pusing bagiku jika masuk ke dalam kelas.
" engga, lu harus masuk, mahasiswi baru kok malas banget lu, lu tu harus seimbang diantara basket dan juga kuliah, jangan buat ortu lu kecewa, lu juga.. "
" sudah cukup, gw masuk. " aku langsung berjalan menuju kelas, aku tidak sanggup mendengar ucapan Siva yang tidak ada perubahannya, dari awal kami berjumpa kalimat itu terus yang aku dengar, ok, sekarang aku sudah berada di kelas, yang lebih membuat aku kaget, pria yang baru saja memohon maaf kepadaku sedikitpun tidak menegurku bahkan memandangku, padahal aku baru saja lewat di depannya, kenapa dengan pria itu, atau aku salah, kenapa dengan Otak pria itu, oke, itu terlalu kasar, lebih baik aku belajar.
" Jrengg.. jrengg.. " seseorang dengan Ninja birunya berhenti di hadapanku, lamunanku terhenti sejenak, gagah sekali orang itu, tapi aku tidak bisa mengenalinya, wajahnya tertutupi helm, karena aku merasa terganggu dengan suara berisik motornya, aku sedikit menjauh darinya dan memilih duduk dibawah pohon yang ada di samping halte, tetapi orang itu kembali berada di depanku, dan kali ini dia membuka helmnya, oh my god, dia lagi!
" gw sendiri nih.. " katanya yang sudah duduk disampingku, tapi apa maksudnya?
" terus kenapa? " aku tidak mengerti akan kata-katanya.
" hem.. ya aku cuma sendiri, motor aku masih bisa menampung satu orang lagi. " sedikit jelas, tetapi aku masih sedikit ragu.
" terus? " tanyaku kembali, wajah pria itu mulai kelihatan bosan, gimana gak bosan, aku hanya menjawab, terus.
" huh! sekolah gak sih? " nah benarkan, dia mulai bosan.
" ya iyalah, nyolot. " lho, kenapa aku ikut-ikutan emosi.
" sapa yang nyolot, gw datang kesini baik-baik mau tawarin tumpangan sama lu, tapi yasudah lah, gw pergi dulu. " dia mau ngantarin aku? masa? tapi terlambat untuk aku menerimanya, dia sudah bersiap-siap untuk pergi.
" tumpangan? " pikirku, aku berdiri dan memandangnya yang belum jauh dariku.
" mau ngasih tumpangan aja pakai basa-basi segala, niat gak sih tu orang. Aduh!!! " aku di senggol dengan angkot yang baru saja mengambil penumpang di halte, cukup keras, sepertinya tangan kananku terluka, sakit sekali, aku terduduk menahan sakit, saat ini aku dikelilingi dengan orang banyak, ada yang menanyakan keadaanku, ada juga yang hanya melihatku dengan tampang kasihan, dan ada dia, iya, dia juga ada disampingku, dia yang baru saja menawarkan tumpangan padaku pada saat ini sedang membantuku berdiri dan menaikanku ke motornya, dia membawaku ke klinik, di sepanjang jalan kami saling berdiam diri, sesampai di klinik dia kembali membantuku turun dari motor dan membawaku ke ruang dokter, aku sedikit heran, kenapa dia semudah itu masuk ke dalam ruangan itu, tapi yasudah, sekarang yang terpenting tanganku ini.
" aduh, sakit dok.. " keluhku disaat tanganku diperiksa.
" parah kak? " tanya pria itu kepada si dokter yang ternyata kakak kandungnya, pantas saja, pantas kakaknya cantik, adiknya apalagi.
" tidak, hanya sedikit memar, ntar kamu minum antibiotik ini 3 kali sehari ya, harus sampai habis itu, biar cepat sembuh. " kata dokter kepadaku, ramah sekali dokter itu, tidak seperti Kyunn yang selalu memarahiku, huh.
" eh, lu dengar gak apa yang kakak gw bilang, melamun lu? lamunin apa lu, euh, dasar. " pria itu menegurku dengan sedikit keras, ya, tanpa sadar aku melamun, seandainya Kyunn digantikan dengan kakaknya, bagaimana rasanya?
" eits, santai, denger gw, oke-oke dok, bakalan saya habisin kok, sekarang juga pun bisa, ehehhe... boleh? " candaku, namun tidak ada respon, sedih.
" mau mati lu? yasudah, kami pulang dulu, makasih ya, ntar malam gw traktirin, sukses terus. " pamitnya dengan sang kakak, dilanjutkan dengan aku.
" makasih dok, makasih banget, makasih banget udah digratisin, ihihhi... " kali ini candaan aku mendapat respon dengan si dokter.
" iya, sama-sama, semoga langgeng ya, oh ya, nama kamu siapa? " apa, langgeng? maksudnya?
" ya? nama saya Hyull, tapi.. "
" kak, bukan, cuma teman, teman juga bukan. " sahutnya dengan cepat, seakan tidak rela dirinya dibilang pacaran denganku, bagus, itu artinya dia normal, ya benar sekali, dia normal!!!
" ih kamu ini, kakak kan cuma bercanda, lagian sepertinya Hyull senang bercanda, benar bukan Hyull? " jawab kakaknya.
" ya? em.. biasa aja kali kak.. " kataku sambil nyengir.
" kami pulang dulu, lanjutin kerjanya, dah. " pria itu pun berjalan menuju pintu keluar, aku mengikutinya dari belakang.
" Dave, jangan lupa bilang sama papa, kakak gak bisa ikut ngumpul dirumah oma, tolong ya disampain, kakak takut bilang langsung, gak enak sama papa.. " apa! Dave? pria itu bernama Dave? nama itu bukannya nama orang yang menolongku kemarin? tapi, apa benar dia yang menolongku kemarin?
" hem, beres kak. " pria itu kembali berjalan menuju motornya, sebelum kami menaiki si biru, aku mencoba menanyakannya.
" tunggu sebentar, nama lu Dave? " aku benar-benar penasaran.
" ehem. " dia cuma mengangguk.
" jadi lu yang.. "
" gw yang bantu lu, ingat? " iya mengiyakan pertanyaanku.
" jadi, itu lu? "
" baru sekarang lu sadar bahwa itu gw, yasudah lah, ayo naik, keburu hujan, sudah mendung. " apa, jadi dia orangnya, ada apa ini, kenapa kehidupanku seperti ini, penuh teka teki, aku pusing dibuatnya, hah..
" udah naik, keburu hujan.. " ia menyerahkan sebuah helm berwarna biru kepadaku, bermaksud agar aku segera naik ke motor birunya, tapi keadaanku masih galau, em, apa sih galau itu, oke, aku ganti, keadaanku lagi tidak beres, pikiranku rumit dibuatnya.
" Jrengg....! " suara motornya mengagetiku, aku pun langsung menaiki si biru, di perjalanan dia sempat menanyakan alamat rumahku dan aku pun memberitahunya, mumpung ada yang mau mengantar, gratis..
" sapa yang ngantar kamu? " tanya Kyunn di balik pintu.
" eh, gak bisa apa nampakin muka dulu baru ngomong, kayak hantu lu, bikin kaget aja, pintu gak dikunci lagi. " aku mendadak emosi.
" idih, yang seharusnya marah tu gw, lu dari mana? magrib begini baru pulang? "
" ih, mulut lu kenapa, kok udah lu gw gitu? kapan berubahnya? " hah, Kyunn kembali lagi seperti yang dulu.
" ini nih kebiasaan lu, kalau ditanya malah nanya balik, mandi sana, terus makan. " ya, selama ini Kyunn melatih dirinya untuk sedikit sopan terhadap orang, karena dia bekerja disebuah perusahaan susu dan dia merupakan asisten utama di perusahaan itu, baginya sifat sopan nomor satu, agar dia bisa di percaya direktur, hem..
" trus, kenapa lu gak jemput gw? lu gak tau apa, kering gw nungguin lu. "
" waktu gw datang, gw lihat lu naik motor gede itu, ya gw gak mau ganggu, gw kira lu pacaran. " alasannya sedikit ngaur, gak etis, motor gede? jadi dia lihat?
" gila aja pacaran, gw abis di senggol angkot, temen gw yang bawa gw brobat, emang lu gak tahu apa kalau gw abis di senggol! ah, lapar gw jadinya, gw makan dulu. " aku langsung menghampiri meja makan yang sudah dihidangkan berbagai macam makanan, kalau urusan makanan, Kyunn juaranya, bukan dia sih yang masak, tapi membeli di rumah makan, biasa, orang kantoran sibuk.
" Hyull, lu bisa bahasa korea bukan? " tanya Kyunn sambil memegang handphonenya.
" lumayan sih, kenapa? " aku itu korean lovers, pastinya lah bisa bahasa korea, ehehhe, sombong...
" ini nih, kantor gw baru aja merekrut pekerja baru dari korea, bahasa indonesianya masih hancur banget, dia telepon gw neh, unyong-unyong gitu bilangnya... " ribet sekali mendengar Kyunn menjelaskannya.
" bukan unyong, tapi anyoung, itu artinya halo.. " jelasku.
" lu aja deh yang nomong, tanya aja ada perlu apa. " Kyunn menyerahkan handphonenya kepadaku, dengan pede aku mengobrol dengan teman koreanya itu.
" annyeounghaseyo... dangsin_eun naega soli? " tanya nya.
" ye, mwo isseul pilyoga? " aku menanyakan keperluannya.
" dangsineun nugu sijyo? agassi dalmeun.. " ia menyadari bahwa aku seorang perempuan.
" ye, amuldo doulsu? " aku kembali menanyakan keperluannya.
" nan geujeo naega kkieodeul eoseo joesonghajiman, gu_ibhan saeloun hyudae jeonhwaleul haesseoyo.. " sialan, ternyata dia sedang mencoba handphone terbarunya yang baru saja dia beli, gak nyangka, ternyata bukan orang indonesia saja yang kampungan, huh.
" dia bilang apa " tanya Kyunn dengan tampang bego.
" teman lu kampungan, hp baru aja harus di coba segala. "
" maksud lo? " sepertinya Kyunn tidak mengerti dengan apa yang aku katakan.
" dia cuma nyoba hp baru, gak ngerti juga, ah, gw kira juga apa, howaaawh... ngantuk gw, gw tidur dulu. " tidur merupakan jalan yang tepat untuk menenangkan pikiranku ini.
" kenapa lu? asem banget tu muka. " tanya Siva ketika aku duduk disampingnya.
" ketek lu asem, gw lagi gak mau ngomong. " jawabku asem, ups! salah, maksudku singkat.
" tu barusan apa? gak ngomong? aneh lu ya? " ya, kali ini aku memang sedikit aneh, tapi sedikit saja.
" gak masuk lu? "
" mau masuk sekarang? biasanya lu sengaja telat, kenapa lu? " Siva memandangku tajam, setajam, Silet! bukan iklan ya..
" udah masuk aja, buat apa juga kita disini, lebih baik belajar. " aku berjalan menuju kelas, sedangkan Siva masih dikagetkan dengan perubahanku. kami duduk di kursi paling belakang, tepatnya tempat para laki-laki berkumpul, ya, aku lebih senang bergabung dengan mereka, belajarnya lebih asik dikarenakan lelucon yang mereka buat.
" kita kuis, kerjakan soal yang saya buat di papan tulis, waktu kalian 30menit dimulai dari sekarang. " dosen oh dosen, apa kau mau menyiksaku, baru saja aku menempelkan pantatku ini, kau kagetkan aku dengan kuis mu ini.
" hadianya apa buk? " seru teman sekelas.
" ini bukan saatnya bercanda!!! " rasain, harimau dilawan.
" ih, gw gak ada belajar, gimana nih? " kata Siva kepadaku.
" sama " saat ini yang aku lakukan hanya mencatat soal, selanjutnya aku belum tahu.
" open book. " syukur, open book. sebentar saja aku menyelesaikannya, lagian aku itu tidak begitu bego kok, masih ada pintarnya.
" nyantai banget lu, jawab apa tadi lu? open book sih iya, tapi sama aja, jawabannya harus di karang, mana gw gak bisa mengarang. " saat ini aku tidak mendengarkan omongan Siva dengan baik, mataku terpaku kepada seorang lelaki yag sedang duduk dipojok, sendirian, sambil menikmati nasi goreng dan jus melon, ya, sepertinya jus melon.
" nah, ini nih yang gw malas, lu suka begini nih, gak dengarin gw, liat siapa sih lu? woy, liat sapa lu??? " Siva mendesakku sehinnga membuatku kaget.
" melon!! " ...?
" hah? melon? " Siva tidak mengerti atas jawaban yang aku berikan.
" ya, aku gak suka melon, ehehhe... " aku tahu, jawabanku tidak nyambung, tapi biarkan saja, yang penting aku menjawab.
" apa hubungannya? gw gak ada nanya melon! " Siva semakin frustasi, dia membanting meja! membanting kursi! membanting piring! gelas! membanting diriku, membanting dirinya! oh maaf, tadi hanya khayalanku saja.
" ya, memang gak ada hubungan. gw pulang duluan, Kyunn uda mau jemput, gw kedepan ya, babay..! " dengan cepat aku meninggalkan kantin, aku terus berjalan, langkahku terhenti ketika aku melewati lapangan basket, tim putra sedang latihan, baru ku sadari, dari awal pengumuman aku lolos masuk tim kampus, aku belum pernah latihan, sedikit rasa bersalah, tapi yasudah, tanganku kan sakit, aku juga baru sembuh dari sakit, aku kembali berjalan, kulihat banyak senior berdiri di pintu gerbang, aku memberanikan diri, tetapi langkahku kembali berhenti ketika aku melihat senior yang dulu pernah melukaiku, aku tidak berani menghadapinya, dengan pelan aku berbalik badan, oh tidak! senior itu melihatku dan sekarang mulai mendekatiku, bagaimana ini, aku benar-benar takut, bagaimana kalau dia mencoba untuk melukaiku lagi? aku terus berjalan seolah-olah tidak mendengar panggilannya, tanganku terusku genggam, ya, aku benar-benar ketakutan, aku tidak habis pikir kalau ia kembali..
" aww! " seseorang menarikku, ia terus menarikku ke arah parkir sepeda motor, ya, seorang pria yang sepertinya kukenal, ya, sepertinya aku mengenalnya, dia...
" lebih baik lu naik motor gw aja, nih, pakai helm, biar gak ketahuan. " Dave memberikan helm yang dulu pernah aku pakai, ya, Dave, kenapa dengan Dave? kenapa dia bisa tahu kalau aku sedang menghindari senior itu, tapi aku tidak sempat memikirkannya, lebih baik aku cepat-cepat meninggalkan kampus sebelum senior itu menemukanku. aku menaiki motornya, dia mulai menghidupkan motornya, dengan pelan ia melewati senior-senior yang berada di pintu gerbang, aku sedikit membungkukkan badan agar tidak terlihat dengan mereka, ya, kami berhasil keluar, saat ini kami di jalan, ya dijalan, hah dijalan? dia mau bawa aku kemana??
" kita mau kemana ya? " tanyaku sedikit berteriak dan mencondongkan kepalaku kedepan.
" lu mau kemana? " lho, bukannya tadi aku bertanya, kenapa dia malah nanya balik?
" hah? kok malah nanya balik sih? " nadaku semakin tinggi.
" ok, kalau gitu kita makan dulu, gw lapar. " apa, makan?
" makan? "
" iya, kenapa, gak mau? gw lapar, gw gak bisa bawa motor dalam keadaan lapar, makan sebentar ya.. temani gw.. " kali ini aku hanya diam dan duduk manis sambil memperhatikan jalan. RUMAH MAKAN SUNDA. ini, ini rumah makan kesukaanku, dia suka makan disini juga?
" kenapa? gak suka makan disini? " tanya nya sambil menyangkutkan helm di motornya.
" lu sering makan disini? "
" ya, gw selalu menyempatkan diri untuk makan disini, ini lestoran kesukaan gw. kenapa, lu gak suka? " dia kembali bertanya.
" tidak, gw suka sekali, gw juga sering kesini. "kataku sambil mengikutinya masuk ke dalam restoran, kami berjalan menuju cashire, memesan makanan terlebih dahulu lalu duduk menunggu pesanan tiba, tapi, kenapa aku gelisah, seperti ada sesuatu yang pernah terjadi di tempat ini, apa itu, aku terus berusaha untuk mengingatnya, ku tahu dave sedang memandangku, mungkin dikarenakan ekspresiku yang sedikit aneh, ya, disaat berpikir, mukaku akan terlihat berbeda, tidak, tidak aneh, tetapi terlihat manis, hahha, hanya sedikit membanggakan diri. ya, aku ingat, aku pernah menabrak seseorang yang sedang membawa makanan, makanannya terjatuh, dan aku kehilangan orang itu dikarenakan aku harus buru-buru ke toilet, siapa dia, ingin sekali aku meminta maaf kepadanya, huh.
" jangan terlalu dipikirkan, nanti jadi spesial buat lu.." kata Dave seakan mengerti jalan pikiranku.
" apa? maksud lu? spesial? " aku tidak mengerti akan perkataanya.
" hem.. lupakan saja. " sialan, dia selalu saja membuatku penasaran.
" kenapa? ayolah,penasaran gw.." tampangku memelas, berharap Dave mau menjelaskannya.
" ini pesanannya, silahkan dinikmati, selamat siang.... " makanan tiba.
" lebih baik kita makan saja. " dengan mengeluarkan senyumnya yang jujur banget aku tidak bisa berkata apa pun setelah melihatnya, lebih baik aku makan saja.aku merasakan betapa penuhnya perutku ini, penuh dengan berbagai macam makanan, oh tidak, hanya nasi dan beberapa lauk pauk, tapi tidak dengan minuman, ya, aku tidak begitu banyak minum, yasudahlah, yang penting cacing perutku tenang. ternyata Dave mentraktirku, hum, lumayan gratis, setelah itu dia mengajakku ke sebuah toko aksesoris, katanya sih untuk keluarganya, aku pun dengan senang hati menemaninya, sekalian cuci mata, karena aku tidak pernah ke tempat seperti ini, aksesoris, aku bahkan tidak punya aksesoris, sudah cukup, tidak perlu dibahas.
" sebenarnya lu mau beli apa sih? untuk keluarga kenapa aksesoris? " sedikit penasaran.
" hem, keluarga gw tu banyak anak ABGny... mereka pasti lebih senang kalau dibeliin aksesoris... tapi gw gak tau mereka sukanya yang seperti apa.. kalau gw tanya sama lu, lu pasti lebih gak tau. " Dave, kau terlalu jujur, tetapi tidak juga, walaupun aku rada tomboy, tapi aku tahu trend cewek feminim kok...!
" oh ABG, biasanya mereka suka ini, klo gak ini, yang ini juga suka, yang penting full colour... " kataku sambil menujukkan jenis barangnya, Dave hanya tersenyum melihatku, ya, dia tersenyum kepadaku, apa! dia tersenyum kepadaku? kenapa? apa dia tertarik kepadaku, maklum saja, jarang sekali ada orang yang tersenyum kepadaku, dan kali ini, seorang Dave memberikan senyum terindahnya untukku? cukup.
" ok, gw pilih apa yang lu pilih. " katanya singkat tetapi pasti.
" ya? gak salah? "
" udah, cepetan pilih, biar cepat selesai. " ia kembali tersenyum, senyum maut yang membuat jantungku berdetak lebih kencang, lebih kencang disaat aku menantikan penampilan Super Junior di M-bank(acara k-pop), sungguh, oh tidak, Super Junior tetap no 1 di hatiku, cukup.kami sudah selesai memilih, aku sedang menunggunya di depan toko, aku merasa bosan jika berlamaan disana, aku duduk di bawah payung besar yang memang disiapkan untuk pengunjung yang datang, nyaman sekali disitu, ku hirup angin yang kebetulan lagi kencang, sepertinya mau hujan, kulihat banyak orang yang yang sedang mengobrol dengan gembira, tapi tunggu, mau hujan?!! tanpa sadar tubuhku melemas, aku gemetar, mukaku pucat, dengan kuat ku genggam tanganku, ku naikan kakiku ke atas kursi, lalu ku peluk kakiku, sangat erat, aku benar-benar ketakutan, ya, aku phobia hujan, penyakit ini muncul di saat aku berumur 7 tahun, disaat itu hujan deras, aku sedang bermain dibawah derasnya hujan bersama Kyunn, tetapi sesuatu terjadi dengan Kyunn, ia tertabrak mobil di saat menyebrangi jalan, saat itulah, aku merasa hujan berbahaya, aku juga tidak berani menyebrang jalan, ya, aku tidak akan melakukan itu, tapi bagaimana ini, hujan mulai turun, apa yang harus kulakukan, aku takut sekali, apa yang akan terjadi padaku, sungguh, aku benar-benar takut.
" hyul? " Dave berada di depanku, mukanya sedikit cemas, mungkin dikarenakan keadaanku saat ini, aku hanya diam, aku tidak mampu bersuara, tubuhku gemetar.
" lu kenapa? lu sakit? " kupaksa mulutku berbicara, dengan mengalirnya air mata, aku menjawab pertanyaannya.
" aku takut. " ya, hanya itu yang mampu ku katakan, aku benar-benar ketakutan, kumohon Dave, mengertilah, bawalah aku pergi dari sini, aku sudah tidak tahan.
" takut? takut apa? " kulihat Dave mulai panik, kurasa dia pusing memikirkannya, apa yang aku takuti, mungkin ini sedikit memalukan, kenapa aku harus phobia dengan hujan! aku sudah tidak sanggup menjawab pertanyaannya, mulutku kaku, badanku semakin lemas, pandanganku kabur, kepalaku pusing, GELAP.kubuka mataku, nyaman sekali disini, semuanya serba putih, tapi, dimana aku sekarang? kucoba untuk duduk, tapi badanku belum sekuat itu, aku hanya terbaring dan berpikir.
" kamu sudah sadar? " tanya seorang dokter, cantik sekali dia, kurasa aku mengenalnya, dia... ya! dia kakaknya Dave.
" hem, sepertinya begitu, tapi, apa Dave membawaku kesini? " tanyaku sambil memperhatikan keseluruhan ruangan, tidak ada Dave.
" ya, dia yang bawa kamu kesini, dia sedang mencari bubur, hem... sepertinya untuk kamu. " dokter itu tersenyum lalu duduk di sampingku.
" kaulah satu-satunya wanita yang dibawanya ketempatku. " dokter itu kembali tersenyum.
" benarkah? " aku tidak percaya itu, mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
" aku tidak suka berbohong, oh iya, kau harus membuang phobiamu itu, kau mengidap dua macam phobia, ombrophobia (takut hujan) dan Agyrophobia (takut jalan/menyebrang jalan), kurasa itu belum terlambat. " bisakah aku sembuh dari phobiaku ini, dokter itu mengatakannya dengan yakin, seakan penyakitku bisa disembuhkan.
" kurasa, jika kau mau berusaha, yasudah, aku mau menyambung pekerjaanku, kau istirahat saja, mungkin sebentar lagi Dave pulang. " dia meninggalkanku, aku kembali mencoba untuk duduk, dengan paksa aku berhasil melakukannya, kali ini aku mencoba berdiri, kulihat ada setumpuk buku diatas meja, kebetulan aku gemar membaca, ku ambil buku itu dan langsung kubaca, namun disaat aku membacanya, kepalaku pusing, aku terjatuh, oh, tidak, Dave datang seperti kilat lalu menangkapku.
" kenapa lu bangun! " apakah ia mengkhawatirkanku?
" gw bosan, maab udah ngerepotin. " aku menundukkan kepala, lalu duduk di sofa yang berada dekat denganku, begitu juga dengan Dave, dia duduk disampingku, ia memberikan semangkuk bubur ayam yang masih hangat, uhm... sepertinya itu enak, aku tersenyum, hari ini Dave baik sekali padaku.
" makan ini, selagi masih hangat. " ia memberikan bubur itu padaku.
" hem, makasih. " hatiku, kenapa ini, kenapa aku merasakan kenyamanan yang tidak pernah aku rasakan, Dave mempunyai semua itu, apakah Dave?
" kakak gw benar, lu harus melawan penyakit phobia lu itu, gw rasa masih ada waktu, lu harus berusaha untuk itu, lu gak mungkin terus-terusan mengindar dari hujan bahkan tidak menyebrang jalan bukan? " kata-katanya sangat dalam bagiku, penuh perhatian, atau, ini hanya sebatas... apa-apaan ini, bagaimana bisa aku memikirkan itu!
" ya, aku akan mencobanya, sekali lagi terima kasih, hari ini lu udah banyak bantuin gw, gw gak tau mau balasnya gimana.. " sambil makan, aku mangatakannya.
" lu mau balas kebaikan gw? " katanya tersenyum.
" itu sudah pasti, mungkin ada yang bisa gw bantu, anggap saja sebagai balas budiku. " aku semakin yakin.
" apapun itu, lu tetap mau lakukan untuk gw? "
" ehehm, karna lu udah baik sama gw. "
" benarkah itu? apa saja? "
" iya! " sangat yakin, bagiku kebaikan dia sudah terlalu besar dan patut dibalas.
" kalau begitu... "
" ya? "
" jadi pacar gw. " WHAT!!!!!!
" apa? " sepertinya aku mau mati, ups, jangan, nanti Super Junior akan kehilangan satu ELF, baik, aku hidup saja.
" kenapa? tadi bukannya lu bilang mau lakukan apa aja? "
" iya sih, tapi apa gak ada cara lain, lagian, kenapa harus gw coba? " muka manyunku pun keluar.
" kalau begitu, jadi pacar bo'ongan, gmn, mau? "
" bo'ongan? " dari pada bohong, lebih baik beneran saja, oh tidak, aku tidak semudah itu.
" iya, gmn? " ia semakin meyakinkanku.
" ..... " aku tidak menjawab apa-apa, sama sekali tidak mengerti dengan keadaan ini, aku hanya bisa terdiam sambil berpikir, sebodoh inikah aku.
" hihi.. " dia tertawa? apa yang harus di tertawakan?
" kenapa lu, apa yang lucu? "
" sudah, gak usah dipikiran, gw tarik balik kata-kata gw td, sebenarnya gw cuma bercanda kali, lu nya aja yang seriusan, kenapa, lu pengen jadi cewek gw? " katanya sedikit mendekatkan mukanya padaku, apa, dia mengerjaiku! terus, apa maksud dia mendekatkan mukanya seperti ini, apa dia berpikir bahwa aku akan salah tingkah, aku akan luluh terhadapnya, oh tidak, tidak akan.
" oh, makasih atas candaannya.. " senyum mematikan kuberikan untuknya.
" tapi kalau gw serius, lu bakal jawab apa? " tatapannya, euh.. euh... ada panci, tampar gw dong, galau nih...
" ehm.... " aku berpikir, oh tidak, lebih tepatnya aku tidak tahu harus menjawab apa.
" ahahha.... " dave kembali tertawa.
" bercanda lagi? " sumpah, pengen gw gampar ni anak, cuma sayang sama tu muka aja, terlalu aduhai.....
" lagian lu, ngarep? lu bukan selera gw kali... udah ah, gw tunggu didepan, klo uda siap, temui gw, keburu malam gk enak sama kluarga lu kalau lu pulang larut malam. "
" come on, you expensive, expensive! "katanya dalam hati, galau.
" kenapa lu? senyum-senyum, gila lu? cepat dong, udah malam ini. " Dave membuyarkan semua pikiranku, setidaknya aku berhenti memikirkannya. kunikmati angin malam, hem... lumayan segar, dan... aih, sepertinya aku masuk angin, ihihhi... ingin kentut!
" dave, di langit gak ada bintang! aduh, gimana nih? " seruku panik.
" terus kenapa? ada masalah buat lu? " jawabnya sambil serius menatap jalan.
" ih bego deh lu, kalau gak ada bintang... biasanya mau hujan. "
" enggak, tenang aja.. "
" aduh.. udah deh berhenti aja di mana gitu, di kafe sebelah sana juga boleh, sudah dekat kok, keburu nih dave... "
" lu bisa tenang gak sih, lu tinggal duduk diam aja susah. "
" tolong dave berhenti, gw mau masuk ke kafe itu aja.. " aku terus menyuruh dave untuk menghentikan motornya, sekarang yang dipikiran aku hanya berlindung dari hujan.
" oke-oke! " aku langsung turun dari motor, saat ini jarak kami sedikit jauh dari kafe dikarenakan pada awalnya dave tidak menyetujuinya, tapi aku tidak memikirkan itu lagi, yang aku lakukan hanya berjalan menuju kafe tersebut tanpa mengacuhkan dave yang sedang berbicara kepadaku.
" gw yakin gak bakalan hujan, lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita, lu dengar gw?? " ya aku dengar, tapi aku masih takut akan kemungkinan-kemungkinan yang bakalan terjadi di saat perjalanan ku kerumah, bagaimanan kalau hujannya turun secara tiba-tiba, oh tidak! lebih baik aq berlindung di kafe itu saja.
" hyull.. percaya sama gw, hujan gak bakal turun... " suara dave semakin keras dan semakin terdengar jelas di telingaku, dan... TTARRRRR!!!! namun suara petir lah yang mampu menguasai seluruh rongga kupingku. ada apa ini, tubuh ku, ada apa dengan tubuhku, tubuhku kaku dan sama sekali tidak bisa aku gerakkan, apa phobiaku kambuh lagi?
" hyull, lu kenapa? " kudengar suara dave dari belakang, suaranya semakin mendekat, semakin mendekat dan.. GELAP.